A. Sejarah Singkat Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan pertama kali
dikembangakan oleh Kurt Lewin seorang Jerman pada tahun 1940 – an. Ia seorang
ahli psikologi social dan eksperimental. Ia adalah seorang yang peduli terhadap
masalah-masalah social dan memfokuskannya pada proses kelompok partisipatif
untuk menangani konflik, krisis, dan perubahan-perubahan yang umumnya ada dalam
suatu organisasi. Lewin pertama kali mengemukakan istilah action research
(penelitian tindakan) pada makalah-makalah yang ditulisnya pada tahun 1946,
yang antara lain berjudul Action Research and Minority Problems, dan
Characterizing action research as “a Comparative Research un the Condition and
Effect of Various Forms of social action and Research Leading to social
Action”.
Selanjutnya, penelitian tindakan (action research)
dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial
(terma- suk pendidikan). Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap
suatu masalah secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil kijian ini
dijadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya
untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan
tindakan dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan eva-
luasi digunakan sebagai masukan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada
saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk
menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.
Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan
adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para
partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki
praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif
mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat
dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal
ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1)
untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan profesional dalam arti
meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksanakannya;
serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut
dilaksanakan.
Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, penelitian
tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Reserach (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang
dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan
tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus
pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata
yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah
sebagai berikut.
Penelitian; merupakan kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
memecahkan suatu masalah.
Tindakan; adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus
kegiatan.
Kelas; merupakan sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya
terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa
sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat
lain di bawah arahan guru.
B. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas
1.
PTK
merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja berupaya untuk memecahkan
masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.
2.
Hal yang
dipermasalahkan bukan dihasilkan dari kajian teoritis atau dari hasil
penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan yang nyata dan
aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada masalah
praktis bukan problem teoritis atau bersifat bebas konteks.
3.
PTK
hendaknya dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
4.
Adanya
kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dan
lain-lain) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,
pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action) (Suhardjono,
2006).
C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil
pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya
mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
3. Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga
kependidikan.
4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan
sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable). (Suhardjono,
2006)
D. Manfaat
Penelitian
Supardi (2006: 108) menyatakan beberapa manfaat PTK
antara lain:
1. Inovasi pembelajaran;
2. Pengembangan kurikulum di tingkat regional/nasional;
3. Peningkatan profesionalisme pendidikan.
E. Model
Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Arikunto (2006: 16-19) terdapat empat tahapan
yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan
(4) refleksi.
Tahap
1 Perencanaan (Planning).
- Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan.
- Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti
menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian
khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk
membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Tahap
2 Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Pelaksana guru
harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan,
tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.
Tahap
3 Mengamati (Observing)
Kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat
kepada guru pelaksanan yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan
“pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung agar
memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
Tahap
4 Refleksi (Reflecting)
Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan. Kegiatan releksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana
sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk
mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.
Model Spiral PTK oleh Mc. Taggart
Supardi
(2006: 118-134) menyatakan empat tahapan dalam PTK yang dijabarkan sebagai
berikut:
- Planning
- Identifikasi Masalah
- Perumusan Masalah dan Analisis Penyebab Masalah
- Pengembangan Intervensi
2.
Acting
3.
Observing
- Pengumpulan Data
- Sumber Data
- Critical Friend dalam Penelitian Tindakan
- Analisis Data
4.
Reflecting
5.
Akhir Tindakan
Pengumpulan Data
Observasi
adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran. Efek dari suatu intervensi (action) terus
dimonitor secara reflektif. Untuk mendapatkan data yang akurat perlu disusun
suatu instrumen yang valid dan reliable. Instrumen yang valid adalah instrumen
yang mampu dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Reliabilitas
menyangkut akurasi dan konsistensi alat pengumpul data. Jika instrumen tidak
konsisten (berubah-ubah) maka instrumen tersebut tidak dapat dipercaya.
Critical
Friend dalam Penelitian Tindakan
Critical
friend merupakan pihak
ketiga yang dapat meningkatkan kualitas hasil penelitian tindakan. Dengan
syarat sebagai berikut:
- Critical friend dipilih berdasarkan kebutuhan kelompok penelitian tindakan.
- Critical friend adalah teman positif yang siap membantu kegiatan penelitian.
- Critical friend adalah teman yang siap berbagi pengalaman/pengetahuan.
- Critical friend hadir karena diundang oleh peserta kelompok peneliti PTK. Jadi, selama dibutuhkan, harus siap membantu.
Analisis Data
l Data kuantitatif
(nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif.
Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif. Misalnya,
mencari nilai rerata, persentase keberhasilan belajar, dan lain-lain.
l Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi
berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat
pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa
terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti
pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi
belajar dan sejenisnya.
Akhir Tindakan
Yang perlu
ditulis pada laporan setidaknya menyangkut aspek yang berkaitan dengan hal-hal
berikut.
l Setting yang memberi gambaran tentang kondisi lapangan/kelas tempat penelitian
dilakukan, disertai penjelasan adanya perbedaan antara model pembelajaran yang
biasa dilakukan dengan model yang sedang dilaksanakan melalui penelitian tindakan
kelas.
l Penjelasan hasil pelaksanaan tiap siklus dengan data
lengkap hasil pengamatan disertai hasil reflesinya.
Setelah semua
siklus dijelaskan, kemudian dianalisis dengan memerhatikan hasil keseluruhan
siklus.
Daftar Pustaka
Arikunto,
Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Mc. Taggart,
Robin. 1991. Action Research: A Short Theory. Victoria: Deaking
University Press
Wiriatmadja.
2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tinggalkan Pesan Anda.