Terima Kasih Anda Telah Berkunjung ke Blog ini. Silakan berkunjung di lain waktu

Kamis, 19 Mei 2016

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

A. Sejarah Singkat Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan pertama kali dikembangakan oleh Kurt Lewin seorang Jerman pada tahun 1940 – an. Ia seorang ahli psikologi social dan eksperimental. Ia adalah seorang yang peduli terhadap masalah-masalah social dan memfokuskannya pada proses kelompok partisipatif untuk menangani konflik, krisis, dan perubahan-perubahan yang umumnya ada dalam suatu organisasi. Lewin pertama kali mengemukakan istilah action research (penelitian tindakan) pada makalah-makalah yang ditulisnya pada tahun 1946, yang antara lain berjudul Action Research and Minority Problems, dan Characterizing action research as “a Comparative Research un the Condition and Effect of Various Forms of social action and Research Leading to social Action”.


Selanjutnya, penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial (terma- suk pendidikan). Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil kijian ini dijadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan eva- luasi digunakan sebagai masukan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.
Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksanakannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.
Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, penelitian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Reserach (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut.
Penelitian; merupakan kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.
Tindakan; adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan.
Kelas; merupakan sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru.

B. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas
1.      PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja berupaya untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.
2.      Hal yang dipermasalahkan bukan dihasilkan dari kajian teoritis atau dari hasil penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan yang nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada masalah praktis bukan problem teoritis atau bersifat bebas konteks.
3.      PTK hendaknya dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
4.      Adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dan lain-lain) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action) (Suhardjono, 2006).

C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
1.     Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
2.     Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
3.     Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan.
4.     Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable). (Suhardjono, 2006)

D. Manfaat Penelitian
Supardi (2006: 108) menyatakan beberapa manfaat PTK antara lain:
1.     Inovasi pembelajaran;
2.     Pengembangan kurikulum di tingkat regional/nasional;
3.     Peningkatan profesionalisme pendidikan.

E. Model Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Arikunto (2006: 16-19) terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Tahap 1 Perencanaan (Planning).
  1. Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
  2. Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

Tahap 2 Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.

Tahap 3 Mengamati (Observing)
Kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat kepada guru pelaksanan yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

Tahap 4 Refleksi (Reflecting)
Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan releksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

 Model Spiral PTK oleh Mc. Taggart
Supardi (2006: 118-134) menyatakan empat tahapan dalam PTK yang dijabarkan sebagai berikut:
  1. Planning
  1. Identifikasi Masalah
  2. Perumusan Masalah dan Analisis Penyebab Masalah 
  3. Pengembangan Intervensi
 2. Acting
 3. Observing
  1. Pengumpulan Data
  2. Sumber Data
  3. Critical Friend dalam Penelitian Tindakan
  4. Analisis Data
4. Reflecting
5. Akhir Tindakan

Pengumpulan Data
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Efek dari suatu intervensi (action) terus dimonitor secara reflektif. Untuk mendapatkan data yang akurat perlu disusun suatu instrumen yang valid dan reliable. Instrumen yang valid adalah instrumen yang mampu dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Reliabilitas menyangkut akurasi dan konsistensi alat pengumpul data. Jika instrumen tidak konsisten (berubah-ubah) maka instrumen tersebut tidak dapat dipercaya.
Critical Friend dalam Penelitian Tindakan
Critical friend merupakan pihak ketiga yang dapat meningkatkan kualitas hasil penelitian tindakan. Dengan syarat sebagai berikut:
  1.   Critical friend dipilih berdasarkan kebutuhan kelompok penelitian tindakan.
  2. Critical friend adalah teman positif yang siap membantu kegiatan penelitian.
  3. Critical friend adalah teman yang siap berbagi pengalaman/pengetahuan.
  4. Critical friend hadir karena diundang oleh peserta kelompok peneliti PTK. Jadi, selama dibutuhkan, harus siap membantu.


Analisis Data
l  Data kuantitatif  (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif. Misalnya, mencari nilai rerata, persentase keberhasilan belajar, dan lain-lain.
l  Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya.

Akhir Tindakan
Yang perlu ditulis pada laporan setidaknya menyangkut aspek yang berkaitan dengan hal-hal berikut.
l  Setting yang memberi gambaran tentang kondisi lapangan/kelas tempat penelitian dilakukan, disertai penjelasan adanya perbedaan antara model pembelajaran yang biasa dilakukan dengan model yang sedang dilaksanakan melalui penelitian tindakan kelas.
l  Penjelasan hasil pelaksanaan tiap siklus dengan data lengkap hasil pengamatan disertai hasil reflesinya.
Setelah semua siklus dijelaskan, kemudian dianalisis dengan memerhatikan hasil keseluruhan siklus.

Daftar Pustaka
Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Mc. Taggart, Robin. 1991. Action Research: A Short Theory. Victoria: Deaking University Press
Wiriatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tinggalkan Pesan Anda.